Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Senin, 04 Desember 2023 | 19:49 WIB
Makam Ki Gede Sala, Kyai Carang, dan Nyai Sumedang. [Suara.com/Ari Welianto]

"Untuk opsinya itu diambil yang kedua. Tapi Ki Gede Sala memberikan masukan boleh dibangun di sini namun agak lebih baik lagi digeser ke selatan seperti saat ini," ungkap dia. 

Setelah disetujui kemudian keraton dibangun dan selesai, pada 18 Februari 1700-an baru pindah dari Kartasura ke Desa Sala ini. Namun begitu sebelum keraton pindah ke sini Ki Gede Sala meninggal.

"Jadi Ki Gede Sala itu belum pernah mengetahui perpindahan keraton dari Kartasura ke Desa Sala ini. Karena sebelum pindah atau boyong Kedaton sudah meninggal," ceritanya.

Ki Gede Sala kemudian dimakamkan di dekat keraton yang baru selesai dibangun yakni Kelurahan Baluwarti. Pada makam Ki Gede Sala ada tandanya yakni pohon soka yang mudah dilihat.

Baca Juga: Prihatin Kasus Dugaan Kumpul Kebo Wakil Pengageng Keraton Solo, Cucu PB XI: Segera Lengserkan!

"Bagaimana meninggalnya saya kurang tahu, pokoknya ditaruh di dekat keraton dan tandai saja dengan pohon apa yang supaya gampang. Akhirnya ditanami Pohon Soka, jadi pohon itu ditanam sekitar tahun 1700 sampai sekarang masih berdiri," tandas dia.

Pada makam Ki Gede Sala tidak sendirian ada juga Makam Kyai Carang dan Nyai Sumedang. Ketiga merupakan saudara seperguruan.

"Menurut cerita simbah itu, Ki Gede Sala itu guru yang ada di Jawa Tengah, Kyai Carang itu guru di Jawa Timur, dan Nyai Sumedang guru dari Jawa Barat," pungkasnya.

Kontributor : Ari Welianto

Baca Juga: Bantah Digerebek Warga, Wakil Pengageng Keraton Solo Ungkap Status Sang Wanita

Load More