SuaraSurakarta.id - Rusia pada Rabu (27/4/2022) akan menghentikan pemasokan gas ke Polandia dan Bulgaria. Hal itu, karena dua negara tersebut merupakan anggota Uni Eropa serta Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) itu.
Pemutusan dilakukan pada saat ketegangan makin meningkat di antara Moskow dan negara-negara Barat terkait Ukraina.
Sementara itu, ketegangan juga melonjak di negara tetangga Ukraina, Moldova.
Perusahaan gas milik negara Polandia, PGNiG, mengatakan pasokan dari perusahaan gas raksasa Gazprom melalui Ukraina dan Belarus akan diputus pada Rabu pukul 06.00 GMT.
Namun, pemerintah Polandia di Ibu Kota Warsawa mengatakan persediaan gasnya masih penuh 76 persen dan karena itu tidak perlu untuk menggunakan cadangan.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mewajibkan negara-negara "tak bersahabat" agar membayar impor gas dengan mata uang Rusia, ruble.
Kewajiban itu sejauh ini sudah diterapkan pada sejumlah perusahaan impor gas dari Rusia.
Bulgaria, yang menggantungkan hampir seluruh kebutuhan gasnya pada impor dari Rusia, mengatakan telah memenuhi kewajiban kontrak dengan Gazprom.
Pada saat yang sama, Bulgaria juga menegaskan bahwa skema baru soal pembayaran merupakan pelanggaran perjanjian.
Baca Juga: Hindari Puing Satelit Militer Rusia yang Meledak, ISS Harus Pindah Tempat
Bulgaria sudah mulai melakukan pembicaraan untuk mengimpor gas alam cair melalui Turki dan Yunani.
Gazprom, sementara itu, mengatakan pihaknya belum menghentikan pasokan ke Polandia namun Warsawa harus melakukan pembayaran impor gas dari pihaknya sesuai dengan "aturan pembayaran" yang baru.
Gazprom menolak berkomentar soal pasokan ke Bulgaria.
Pemerintah Ukraina di Ibu Kota Kiev menuding Moskow sedang melancarkan pemerasan terhadap Eropa dan berusaha menyeret Moldova ke kisaran konflik.
Tuduhan dilontarkan setelah otoritas wilayah Transdniestria --yang disokong Moskow-- di Moldova mengatakan kawasan itu sedang berada dalam incaran rentetan serangan.
Polandia selama ini merupakan penentang yang gigih terhadap Moskow dan merupakan salah satu negara Eropa yang menginginkan Rusia dijatuhi sanksi sekeras mungkin karena menyerbu Ukraina.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Usai Temui Jokowi, Ratusan Relawan Semut Ireng Langsung Gabung ke PSI?
-
Kubu PB XIV Purboyo Ganti Semua Pintu Gembok di Keraton Solo, Pekerja Revitalisasi Diminta Keluar
-
Penjelasan Resmi Rosalia Indah Terkait Video Viral Pengemudi: Sanksi Tegas Telah Ditetapkan
-
Gagal Ganti Nama di KTP, Upaya Raja Keraton Solo PB XIV Terganjal Potensi Sengketa
-
10 Wisata Tawangmangu Karanganyar yang Cocok untuk Libur Sekolah Akhir Tahun 2025