Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 12 Maret 2022 | 10:35 WIB
Tank bergerak ke kota, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan operasi militer di Ukraina timur, di Mariupol, 24 Februari 2022. ANTARA/Reuters/Carlos Barria/as.

SuaraSurakarta.id - Perang Rusia dan Ukraina menjadi perhatian Dunia. Dari peristiwa itu, haru menjadi pelajaran berharga, bahwa perang bukan jalan yang terbaik.  

Dunia perlu membangun sistem keamanan global yang transparan untuk mencegah invasi negara-negara besar. 

"Kalau kita ingin membangun sistem internasional yang aman, adalah sistem internasional yang seharusnya tidak membiarkan orang seperti Putin mempunyai justifikasi untuk perang," kata Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UI Prof Evi Fitriani dikutip dari ANTARA Jumat (11//3/2022).

Dia mengatakan invasi Rusia ke Ukraina tidak dapat dibenarkan. Namun, kata dia, ada banyak pihak yang bertanggung jawab atas perang yang telah memakan banyak korban tersebut, tidak hanya Rusia, tetapi juga Barat dan Ukraina serta para pemimpinnya.

Baca Juga: Terpapar Konten Perang Rusia-Ukraina Terus-terusan Berdampak Buruk pada Psikologis, Kok Bisa?

"Rusia, ya, salah satu pihak yang memang paling bertanggung jawab atas serangan ini. Tapi ternyata banyak pihak-pihak lain yang berkontribusi, termasuk Ukraina dan para pemimpinnya, juga berperan untuk menciptakan konflik ini," katanya dalam webinar "Krisis Rusia-Ukraina: Posisi dan Peran Indonesia dan ASEAN".

Ukraina, negara-negara anggota NATO dan Amerika Serikat, kata dia, membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin mempunyai justifikasi untuk melakukan serangan.

Seorang wanita Ukraina tampak berdiri di depan sebuah rumah sakit di Kota Chuguiv di timur Ukraina, wajahnya penuh luka dengan sorot muka penuh kesedihan. (Foto: AFP)

Oleh karena itu, dia menilai perlunya sistem internasional yang bisa mencegah negara-negara besar seperti Rusia dan AS memiliki justifikasi untuk melancarkan serangan.

"Oleh karena itu, kita perlu membangun sistem keamanan global atau global architecture yang lebih transparan sehingga tidak menjadi alasan bagi warmongers (penghasut perang) untuk menjustifikasi apapun tindakan mereka, baik dari sisi keamanan dirinya ataupun stabilitas global," katanya.

Poin lain yang dia sorot adalah pentingnya menerapkan sistem bebas aktif bagi negara-negara yang tidak mempunyai kekuatan untuk mempertahankan diri.

Baca Juga: Terdapat 516 Warga Sipil Tewas dan 908 Lainnya Terluka, PBB Desak Rusia untuk Hentikan Serangan ke Ukraina

"Lebih baik bebas aktif saja. Berteman dengan semuanya. Jadi kebijakan Indonesia untuk bebas aktif itu sudah sangat benar," kata Evi.

Load More