Scroll untuk membaca artikel
Ronald Seger Prabowo
Jum'at, 25 Februari 2022 | 17:18 WIB
Bangunan Ponten Mangkunegaran yang dibangun pada masa Mangkunegaran VII sekitar tahun 1936. [Suara.com/Ari Welianto]

SuaraSurakarta.id - Pada masa KGPAA Mangkunegaran VII tahun 1936 berdiri sebuah bangunan megah di wilayah Kampung Ngebrusan, Kelurahan Kestalan, Kecamatan Banjarsari, Solo.

Bangunan tersebut adalah sebuah tempat mandi, cuci tangan, dan kakus (MCK). Bangunan tersebut dikenal dengan sebutan "Ponten", letaknya itu berada dipinggiran Kali Pepe.

"Ponten istilah modernnya itu MCK. Itu dibangun pada masa KGPAA Mangkunegaran VII," terang Pemerhati Sejarah dan Budaya Kota Solo, Mufti Raharjo saat ditemui Suarasurakarta.id, Jumat (25/2/2022).

Dulu sebelum ada ponten, warga di sana untuk aktivitas mandi, mencuci, dan buang air besar di sungai.
 
Kondisi itu membuat Mangkunegaran VII merasa prihatin, banyak warga waktu itu belum mempunyai fasilitas MCK. Warga pun mengandalkan sungai untuk aktivitas MCK. 

Baca Juga: Luhut Binsar Pandjaitan Jelaskan Sejarah Direct Call dari Makassar ke Negara Tujuan Ekspor

"Jadi sepanjang Kali Pepe sebelum adan ponten sebagai aktivitas MCK warga. Itu membuat Mangkunegaran VII merasa prihatin dan menginisiasi pembuatan ponten," katanya.

Mufti menjelaskan, selanjutnya Mangkunegaran VII meminta arsitektur Belanda bernama Thomas Karsten untuk merancang tempat mandi, cuci tangan, dan kakus (MCK). 

Bangunan Ponten sendiri merupakan perpaduan antara modern dan tradisional. 

Awalnya itu sudah menggunakan sistem aliran air mandiri (bukan dari sumur). Kemudian setelah tahun 1959 menggunakan air sumur, sanitasinya sudah dirancang baik dengan alirkan langsung ke Kali Pepe.

"Setelah ponten jadi, disepanjang Kali Pepe di sekitar itu ada petugas yang jaga. Ini untuk mengantisipasi adanya warga yang MCK di sungai lagi, tapi diarahkan ke ponten," jelas dia.

Baca Juga: Kisah Bunker Balai Kota Solo, Dibangun Sebagai Tempat Penyimpanan dan Pertahanan Belanda

Pola Hidup

Adanya ponten membuat perubahan kebiasaan dan pola hidup warga pada masa itu. Pola hidup jadi lebih bersih dan sehat, banyak warga yang MCK beralih ke ponten tidak ke sungai lagi.

Menurutnya, bangunan ponten tersebut merupakan yang megah dan modern pada waktu itu. Di mana telah mengenal sanitasi modern dan menjadi percontohan.

Bangunan ponten tersebut terdiri tiga ruang, disebelah timur dipakai buat laki-laki. Sebelah barat buat wanita dan di tengah-tengahnya terdapat pancuran buat mandi.

Sedangkan di sebelah depan terdapat taman sebagai tempat bermain atau sekedar duduk-duduk santai.

Pada bagian kanan kiri terdapat bilik mandi, untuk mencapai kesana harus lewat semacam labirin. Untuk setiap bilik dilengkapi dengan tujuh pancuran dan satu shower besar di bagian tengah.

Khusus bilik kanan ada dua toilet yang dipisahkan oleh dinding. Pada setiap bilik itu mempunyai penghubung dengan sumur di bagian luar.

Bangunan ponten tidak memiliki pintu penutup dan atap. Lama ke lamaan banyak warga yang punya MCK sendiri.

Ponten ini merupakan bentuk cinta dan perhatian pemimpin Pura Mangkunegaran kepada rakyatnya.

"Waktu itu ponten jadi bangunan modern sekali dan iconing di Solo. Jadi percontohan pada waktu itu," sambungnya.

Bangunan Ponten Mangkunegaran sempat tidak terawat cukup lama dan kawasan di sekitarnya kumuh.

Pada tahun 2007, Ponten Mangkunegaran sempat dipugar oleh KRT H. Kistuboko.

Sekarang ponten tersebut sebagai MCK tapi sebagai ruang publik. Bahkan sudah termasuk bangunan cagar budaya (BCB) pada tahun 2013 lalu. 

Kontributor : Ari Welianto

Load More