Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Minggu, 06 Februari 2022 | 19:06 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Balai Kota Jakarta, Kamis (6/5/2021). [Dok. Partai Demokrat]

SuaraSurakarta.id - Duet Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dapat memenuhi suasana hati publik (public mood) yang menghendaki perubahan.

Hal itu diungkapkan Pengamat Politik Universitas Paramadina A Khoirul Umam di Jakarta, Minggu (6/2/2022).

Alasannya, Anies dan AHY diyakini dapat membangun kekuatan politik yang berbeda coraknya dari lingkar kekuasaan pendukung pemerintahan saat ini.

“Jika public mood akan perubahan itu digarap dengan baik (oleh tim sukses Anies dan AHY), maka rakyat (kemungkinan) akan menginginkan pasangan capres-cawapres yang justru bukan merepresentasikan pemerintah saat ini,” kata Umam, yang saat ini juga aktif sebagai Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (IndoStrategic) dikutip dari ANTARA Minggu (6/2/2022). 

Baca Juga: Pembakaran Foto AHY Disebut Penistaan Partai, Petinggi Demokrat Murka: Ketum Tak Salah Apa-apa

Lembaga riset politik IndoStrategic belum lama ini meneliti kekuatan politik yang muncul dari sentimen/suasana hati masyarakat (public mood). Umam menyampaikan hipotesa IndoStrategic adalah sentimen publik pada Pemilu 2024 menghendaki adanya perubahan.

Keinginan terhadap perubahan itu diyakini ada setelah IndoStrategic mengamati tumbuhnya ketidakpuasan masyarakat terhadap beberapa kebijakan, di antaranya terkait pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja, UU KPK, pembentukan BRIN, dan sejumlah proyek infrastruktur yang membebani keuangan negara.

Menurut Umam, berbagai kebijakan itu merupakan pendorong tumbuhnya sentimen publik yang menginginkan perubahan.

Namun, ia menyampaikan peluang bergabungnya Anies dan AHY pada Pilpres 2024 dapat terhambat jika ada penolakan dari kelompok penguasa.

“Penguasa yang tidak happy (senang) dengan bertemunya duet Anies dan AHY bisa saja akan menggunakan segala cara untuk menghambat bersatunya dua tokoh itu. Tetapi perlu diingat, kekuatan public mood bisa mengubah segalanya,” terang Umam.

Baca Juga: Reaksi Partai Demokrat Usai Foto AHY Dibakar Massa Di Kupang, Waketum: Kalau Foto Saya Yang Dibakar Makin Saya Senang

Contohnya, ia menyampaikan kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla pada Pilpres 2004, kemudian Joko Widodo dan Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 merupakan bukti public mood dapat jadi kekuatan politik yang patut diperhitungkan.

Anies Baswedan saat ini masih aktif menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, tetapi masa jabatannya akan habis pada 16 Oktober 2022. Anies secara resmi belum menunjukkan sikapnya terhadap Pilpres 2024, termasuk pilihan berkoalisi dengan partai politik.

Namun, ia pada beberapa kesempatan menunjukkan kedekatan dengan NasDem, terutama saat Anies menghadiri acara “Masyarakat Sulawesi Selatan Menyambut Anies Baswedan” di Makassar bulan lalu.

Sementara itu, AHY sebagai Ketua Umum DPP Partai Demokrat juga belum secara resmi menyampaikan sikapnya terkait Pilpres 2024 mengingat dia masih mengurus konsolidasi internal partainya.

Walaupun demikian, Anies dan AHY pernah bertemu di Balai Kota tahun lalu.

AHY pada pertemuan itu mengapresiasi kinerja Anies, dan menyampaikan Demokrat siap mendukung dan terus berkolaborasi dengan Pemprov DKI Jakarta.

Load More