SuaraSurakarta.id - Guru selalu dikenal sebagai pahlawan tanpa jasa. Hari ini pada Kamis (25/11/2021) merupakan hari guru nasional.
Lalu bagaimana kesejahteraan guru saat ini?
Kesejahteraan guru terutama kalangan pegawai negeri sipil (PNS) sudah jauh lebih baik saat UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disahkan pada pengujung 2005.
Regulasi itu membuat para guru menerima tunjangan sertifikasi yang nilainya satu kali gaji pokok per bulan.
Namun di balik kebijakan tersebut, muncul penyakit kronis yang mendera kalangan guru yakni hasrat konsumerisme.
Alih-alih digunakan untuk meningkatkan kompetensi, sejumlah guru justru memanfaatkan tunjangan profesinya untuk bergaya hidup mewah.
Menyadur dari Solopos.com, fenomena guru membeli mobil, rumah baru hingga barang-barang bermerek menjadi hal jamak ditemui seusai kebijakan sertifikasi digedok.
Tak sedikit pula yang menggunakan dana sertifikasi untuk ke Tanah Suci. Pendidik didorong meresapi pola hidup sederhana dan mengutamakan tugasnya yakni mencerdaskan anak bangsa.
“Sederhana itu bukan berarti miskin. Sederhana itu mampu menempatkan suatu hal sesuai porsinya. Dalam hal ini, guru perlu bijak memanfaatkan tunjangannya,” ujar pendidik senior, Ichwan Dardiri, Rabu (24/12/2021).
Baca Juga: Apa Tema Hari Guru Nasional 2021?
Ichwan mengatakan tugas guru masa kini lebih berat dibanding masanya. Hal ini karena pengajar dituntut melakukan transformasi pengajaran agar relevan dengan perkembangan zaman.
Selain itu, guru didorong piawai dalam teknologi informasi (TI). Lelaki yang menjadi pendidik sejak tahun 1961 ini mengatakan tunjangan sertifikasi dapat menjadi sarana guru agar lebih kompeten dan profesional.
“Tujuan sertifikasi kan itu, jangan malah buat nyicil mobil. Guru masa kini harus punya tekad lebih untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,” tutur pendiri Dewan Pendidikan Kota Solo (DPKS) itu.
Direktur Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK), Kangsure Suroto, menilai tunjangan sertifikasi yang diberikan pemerintah sejak 2005 belum meningkatkan kualitas pendidikan secara signifikan. Dia menyebut pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 membuka kelemahan sejumlah guru PNS yang masih tergagap-gagap dengan TI.
Padahal, penguasaan teknologi menjadi syarat mutlak pendidikan di era industri 4.0.
“Mereka rata-rata sudah punya piranti seperti laptop dan handphone canggih. Masalahnya, mereka belum bisa memanfaatkan itu untuk inovasi pembelajaran,” ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Insiden Bendera Terbalik saat Upacara HUT RI ke-80, Paskibraka Menangis Histeris
- Jay Idzes Masih Cadangan, Eliano Reijnders Sudah Gacor
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Agustus: Ada 10.000 Gems dan Pemain 108-111 Gratis
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- 55 Kode Redeem FF Max Terbaru 17 Agustus: Klaim Skin Itachi, Diamond, dan Item 17-an
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Memori 512 GB Harga di Bawah Rp 5 Juta, Pilihan Terbaik Agustus 2025
-
Carut Marut Penyelenggaraan Haji RI Mulai Kuota Hingga Transparansi Dana
-
Berani Banget! Alex Pastoor Bikin Heboh Publik Belanda Gegara Ucapannya
-
10 HP Kamera Terbaik Agustus 2025, iPhone Kalah dari Merek Ini
-
Fakta Unik A-Z Padel: Olahraga Hits yang Bikin Penasaran
Terkini
-
Terima 1.450 Mahasiswa Asing dari 50 Negara, UIN Raden Mas Said Surakarta Pecahkan Rekor MURI
-
Syahdunya HUT ke-80 RI di Kaki Gunung Merbabu: Drama Kolosal, Cosplay Pahlawan hingga Tari Saman
-
Asyik Mancing di Embung Musuk Boyolali, Bocah 12 Tahun Malah Tewas Tenggelam
-
Pilihan Baru Hyundai Stargazer: Varian Cartenz & Cartenz X Meluncur di Solo Raya
-
34 Suporter Ditangkap di Laga Persis Solo vs Persija, Ini Penyebabnya