Scroll untuk membaca artikel
Budi Arista Romadhoni
Rabu, 17 November 2021 | 08:02 WIB
Iriana Jokowi belanja batik di Pasar Beringharjo, Jumat (6/9/2019). (Suara.com/Putu Ayu)

SuaraSurakarta.id - Indonesia memiliki sejarah pernah dipimpin oleh Presiden dari perempuan. Ia adalah Megawati Soekrnoputri yang menjadi Presiden Wanita satu-satunya. 

Maka bukan hal yang tidak mungkin, Negara Kesatuan Republik Indonesia bakal dipimpin oleh wanita lagi. Beberapa tokoh perempuan pun digadang-gadang memiliki potensi menjadi Presiden. 

Tokoh perempuan Nahdlatul Ulama (NU) Yenny Wahid menjadi salah seorang figur dari sembilan tokoh perempuan berpotensi maju sebagai calon presiden (capres) pada Pemilu 2024.

Hal itu terungkap dalam hasil survei Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) di mana sembilan nama tokoh perempuan yang layak maju sebagai capres yang dikutip di Jakarta, Selasa (16/11/2021).

Baca Juga: Jika Pilpres Digelar Sekarang, Banyak Anak Muda Pilih Ganjar Pranowo dan Prabowo

Hasil survei itu memunculkan dua tokoh perempuan, yakni Yenny Wahid dan Istri Presiden Jokowi, Iriana Jokowi. Baik Yenny Wahid dan Iriana Jokowi, keduanya bukan pejabat maupun mantan pejabat.

Yenny Wahid yang dalam survei tersebut mempunyai elektabilitas 3,14 persen mampu mengungguli tokoh perempuan lain yang saat ini masih menjabat sebagai Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah (1,32 persen).

Ketua Umum FPTI Yenny Wahid di Gedung Kemenpora, Senayan, Jakarta, Selasa (10/3/2020). [Suara.com/Arief Apriadi]

Elektabilitas putri Presiden ke-4 RI itu hanya kalah dengan para tokoh perempuan yang kini masih menjabat maupun yang pernah menjabat, seperti mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Alumnus Islamic College for Advanced Studies (ICAS) Universitas Paramadina Jakarta Muhammad Natsir MA mengatakan perolehan elektabilitas 3,14 persen Yenny Wahid itu merupakan fenomena menarik. Apalagi, mengingat ia sama sekali tak memiliki panggung formal sebagai pejabat publik.

"Beberapa menteri dan kepala daerah memiliki tingkat popularitas dan elektabilitas tinggi, salah satunya karena dukungan publisitas tinggi sebagai pejabat apalagi selama pandemi," ujar Magister Studi Filsafat Islam itu.

Baca Juga: Survei PRC: Prabowo, Ganjar Dan Anies Masih Teratas, Sandiaga Tertinggi Jadi Cawapres

Menurut Natsir, Yenny sebagaimana ayahnya adalah penganjur toleransi dan penghormatan atas pluralitas warga dalam merawat Indonesia.

Survei ARSC tersebut melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi. Dengan 60 persen berusia muda di bawah 30 tahun dan usia minimal 17 tahun, survei menggunakan metode multistage random sampling dan dilakukan melalui sambungan telepon. Adapun margin error plus minus 2,9 persen.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menempati urutan teratas dengan elektabilitas 24,21 persen. Menyusul Menteri Sosial Tri Rismaharini 17,66 persen, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa 11,07 persen.

Selanjutnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani 10 persen, Puan Maharani 4,01 persen, tokoh perempuan Yenny Wahid 3,14 persen, Megawati Soekarnoputri 2,79 persen, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah 1,32 persen, dan Istri Presiden Joko Widodo, Iriana 1,07 persen.

Politisi PDIP Diah Pitaloka menanggapi positif figur calon perempuan sudah mulai diterima masyarakat. Menurutnya, hal ini merupakan sebuah nilai baru.

”Ini salah satu satu nilai baru bagi pemilih Indonesia karena perempuan sudah mulai diterima,” kata Diah.

Bagi Diah, survei ini sekaligus menunjukkan bahwa publik sudah mulai melihat tidak ada masalah perempuan berada ditampuk kepemimpinan nasional.

Sementara itu, Yenny hingga kini belum pernah memberikan komentar kemungkinannya menjadi capres di Pilpres 2024.
[ANTARA]

Load More