SuaraSurakarta.id - Soto Lamongan dan Nasi Boranan resmi mendapatkan sertifikat hak paten sebagai kekayaan kuliner Kabupaten Lamongan dari Kementerian Hukum dan HAM.
Pemerintah Kabupaten Lamongan juga sedang mengajukan dua kuliner lainnya yaitu tahu campur dan wingko Babat untuk mendapatkan hak paten.
Dengan mendapat sertifikat hak paten, masyarakat Lamongan patut bangga karena kedua kuliner merupakan makanan khas Lamongan, kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lamongan Muhammad Zamroni dalam laporan Beritajatim.
Hak paten atas Soto Lamongan dan Nasi Boranan diajukan untuk menjaga aset agar tidak diklaim daerah lain atau negara lain.
Proses pengajuan hak paten hingga disetujui membutuhkan proses panjang, kurang lebih satu tahun.
Prosesnya, di antaranya adanya waktu sanggah, produk atau penemuan semacam ini belum pernah dipublikasi pihak lain (baik dalam maupun luar negeri), dan didukung dengan data pendiskripsian, klaim, abstrak, dan surat pernyataan kepemilikan.
“Setiap produk yang didaftarkan dan diajukan ini tentu memiliki kekhasan tersendiri. Seperti Nasi Boranan di daerah lain kan ndak ada, meski ada yang jual di tempat lain pun citarasanya beda dengan yang ada di Lamongan, Nasi Boranan di sini bumbunya beda, ikannya juga khas. Begitu juga dengan Soto Lamongan yang beda dari daerah yang lain, mulai dari racikan dan koyanya,” kata dia.
Nasi Boranan merupakan nasi khas yang sudah ada sejak dulu, selain hanya bisa ditemukan di Lamongan, resep bumbu nasinya juga warisan turun temurun dari leluhur.
“Sesuai dengan sertifikat hak paten tersebut, Nasi Boranan adalah nasi yang dibumbuhi sambal yang mengandung ikan sili, bandeng, udang, ikan gabus, ayam, tahu, tempe, dan lain-lain."
Baca Juga: Panas! Sujiwo Tejo Minta TNI Turunkan Baliho Puan: Kasih Tukang Soto dan Tukang Cat
Jumlah pedagang Nasi Boranan di Lamongan sekarang sekitar 175 orang. Umumnya, mereka berasal dari Dusun Kaotan dan Sawo, Desa Sumberjo, Kecamatan Lamongan.
Sedangkan ciri khas Soto Lamongan adalah taburan koya. “Soto Lamongan berisi irisan ayam, jeroan ayam, kulit ayam, telur, yang diberi sambal dan jeruk nipis, serta ada taburan koya yang terdiri dari bawang putih dan krupuk udang,” katanya.
Selain dua kuliner khas, pemerintah Lamongan juga tengah mengajukan kuliner tahu campur dan wingko Babat untuk mendapatkan hak paten.
Berita Terkait
-
Kemenkum Genjot Pendaftaran Paten, UMKM Jadi Target Utama
-
Vespa Resmi Menangkan Hak Paten Desain, Merek China Tak Lagi Bisa Jiplak
-
Xiaomi Ultimatum Huawei Jangan Suka Fitnah: Setop Sesatkan Publik!
-
Emiten Semen Baturaja Kantongi Hak Paten White Clay untuk Pembuatan Pupuk
-
Laptop ASUS Terancam Tak Bisa Diperjualbelikan Karena Masalah Hak Paten
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Usai Temui Jokowi, Ratusan Relawan Semut Ireng Langsung Gabung ke PSI?
-
Kubu PB XIV Purboyo Ganti Semua Pintu Gembok di Keraton Solo, Pekerja Revitalisasi Diminta Keluar
-
Penjelasan Resmi Rosalia Indah Terkait Video Viral Pengemudi: Sanksi Tegas Telah Ditetapkan
-
Gagal Ganti Nama di KTP, Upaya Raja Keraton Solo PB XIV Terganjal Potensi Sengketa
-
10 Wisata Tawangmangu Karanganyar yang Cocok untuk Libur Sekolah Akhir Tahun 2025