SuaraSurakarta.id - Fakta menarik terjadi di Kabupaten Sragen berkaitan dengan melambungnya harga cabai merah besar. Sebab harga cabai di daerah itu bisa berganti sampai tiga kali antara Rp 20.000-Rp 25.000/kg.
Hal tersebut diungkapkan salah satu petani Dukuh Sono, RT 021, Desa/Kecamatan Kedawung, Sragen, Sumardi (50) seperti dilansir Solopos.com--jaringan Suara.com, Selasa (2/3/2021).
Harga cabai yang melambung tinggi di pasaran Sragen membuat petani untung. Harga cabai merah besar di tingkat petani berkisar Rp 20.000-Rp 30.000/kg sedangkan harga di Pasar Bunder Sragen Rp 38.000-Rp 40.000/kg.
"Harga cabai merah besar Rp 20 ribu per kilogram itu “ajaib” karena memang langkanya barang," ungkap Sumardi.
Dia mengatakan harga tinggi itu karena barangnya terbatas. Sumardi mengungkapkan di Sragen ada banyak petani yang menanam cabai merah besar tetapi produksinya anjlok saat harga justru tinggi.
Dalam satu patok itu biasanya dapat 1 ton tetapi pada musim petik bulan ini hanya dapat 6 kuintal atau turun 40%. Tetapi banyak petani cabai yang hanya bisa panen 50%.
"Dalam situasi maksimal sebenarnya satu patok itu bisa menghasilkan 4 ton cabai,” ujar Sumardi yang juga anggota Kelompok Tani Pamardi Tani Kedawung, Sragen.
Sumardi mengatakan tanaman cabai itu bisa 15-20 kali petik. Dari tanam sampai petik pertama membutuhkan waktu 70 hari. Ia menjelaskan musim petik bulan ini harga cabai Sragen pas bagus tetapi produksinya turun.
“Sebenarnya kalau dihitung-hitung masih impas. Harga pasaran tinggi itu wajar karena ongkos angkut, risiko busuk, dan seterusnya,” ujarnya.
Baca Juga: Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati Jadi Vaksinator Covid-19
Seorang petani asal Tanon, Miswanto, mengatakan harga cabai merah besar di wilayahnya mencapai Rp 25.000/kg. Ia mengatakan dengan harga cabai segitu di tingkat petani Sragen sudah termasuk untung. Miswanto memiliki lahan cabai seluas 1.500 meter perseigi.
Musim petik bulan ini bagi Miswanto merupakan musim petik ke delapan dari potensi petik sebanyak 15 kali.
“Selama delapan kali petik, petani sudah mendapatkan hasil Rp 19,5 juta. Padahal biaya produksinya hanya Rp 8 juta. Artinya, pada petik keenam itu petani sudah bisa balik modal sehingga untuk petik ketujuh sampai ke-15 tinggal memanen hasilnya,” ujarnya.
Miswanto menerangkan pada musim penghujan ada potensi hama tetapi tidak signifikan dan hasil produksinya masih relatif baik. Hasil petik terakhir ia masih bisa mendapatkan 196 kg. Hasil tersebut meningkat daripada hasil petik sebelumnya yang hanya 129 kg.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Tim Sparta Samapta Polresta Solo Amankan Pelaku Pengrusakan Rumah Warga di Pajang
-
10 Wisata Gratis di Solo yang Buka 24 Jam, Seru Buat Liburan Hemat
-
Roy Suryo Akui Bakal Road Show Buku 'Jokowi's White Paper' di 100 Kota di Indonesia
-
Sambangi Solo, Roy Suryo dan Dokter Tifa Kompak: Ijazah Jokowi 99,9 Persen Palsu!
-
Iriana Jokowi Ulang Tahun, Anies Baswedan hingga Erick Thohir Kirim Karangan Bunga