Scroll untuk membaca artikel
Fitri Asta Pramesti | Chyntia Sami Bhayangkara
Senin, 08 Februari 2021 | 21:01 WIB
Nama Ganjar Muncul di Buku Pelajaran SD. (Twitter/gus_raharjo)

SuaraSurakarta.id - Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk siswa Sekolah Dasar (SD) belakangan jadi sorotan usai di dalamnya termuat sosok dengan nama Pak Ganjar

Nama Pak Ganjar muncul dalam bagian soal-soal yang ada di buku yang ditujukan untuk siswa kelas 3 dan 4. 

Potret buku ini lantas viral, warganet menyorot bagaimana penggambaran sosok Pak Ganjar yang disebutkan sebagai malas beribadah dan tak pernah bersyukur. 

Hal ini diketahui dari akun Twitter @gus_raharjo yang mengunggah penampakan buku tersebut. 

Baca Juga: Ingin Viral dengan Bakar Buku Rapor, Siswa SMA Malah Dicemooh Warganet

Lewat unggahannya, @gus_raharjo mempertanyakan alasan penerbit buku Tiga Serangkai dalam menggunakan nama Ganjar.

Sebab, publik mengetahui nama Ganjar merupakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

"Kenapa kok harus pakai nama Ganjar ya, padahal kan ada banyak nama yang bisa dipilih," tulis cuitan @gus_raharjo seperti dikutip Suara.com, Senin (8/2/2021).

Nama Ganjar di buku PAI (Twitter/gus_raharjo)

Nama Ganjar tersebut muncul di sebuah soal di buku tersebut. Berikut bunyi soalnya:

"Walaupun mendapatkan rezeki yang banyak, Pak Ganjar tidak pernah bersyukur. Sebagai orang Islam, ia pun tidak pernah melaksanakan salat. Pak Ganjar termasuk orang yang..."

Baca Juga: Kini Memilah Buku Tak Memakan Waktu Berkat Perpustakaan Digital

Berdasarkan informasi yang disematkan @gus_raharjo, buku tersebut merupakan terbitan PT Tiga Serangkai Solo tahun  2020.

"Buku yang ditulis Ali Shodiqin ini tidak beredar di Jateng, namun diedarkan di SDIT Bekasi," ungkapnya.

Hingga berita ini disusun, Suara.com masih mencoba menghubungi pihak terkait guna mengklarifikasi mengenai buku tersebut.

Penampakan buku dengan narasi nama Ganjar tersebut langsung viral di media sosial dan menjadi sorotan publik.

Banyak warganet mengecam pihak penerbit agar bisa memberikan klarifikasi atas buku tersebut.

"Enggak layak beredar buku macam ini," tulis akun @parwatyrizky.

"Menurut saya bentuk soal penilaian sikap jelek dengan menyebut orang lain apalagi menyebut nama tokoh ini sangat tidak mendidik. Mestinya guru tidak memberikan soal penilaian sikap tapi lebih ke pembentukan sikap diri siswa," kata @gantarkasalo.

"Penanaman image jelek terhadap korban," timpal @menurutsaya2.

"Ini tendensius dan meracuni anak-anak," imbuh @lucukami.

Load More