SuaraSurakarta.id - Peselisihan di medisa sosial biasanya dipicu dengan etika sesorang dalam memanfaatkan ruang digital tersebut. Etika menggunakan internet pun wajib dilakukan jika tak ingin dipermasalahkan dikemudian hari.
Menurut hasil survei Microsoft pada 2020, warganet Indonesia disebut menjadi yang paling tidak sopan se-Asia Pasifik. Sementara pada survei Digital Civility Index pada Februari 2021, terdapat 3.640 ujaran kebencian yang diumbar di media digital dalam kurun 2018-2021.
Social Media Officer Good News From Indonesia Ni Putu Ruslina Darmayanthi mengingatkan pentingnya etika dalam beraktivitas di ruang digital dengan selalu mengedepankan sopan santun.
"Sopan santun adalah landasan utama masyarakat yang beradab. Mari kita perlakukan setiap orang dengan baik dan hormati, baik itu di dunia nyata, maupun di dunia digital," ucap Ruslina dikutip dari ANTARA pada Senin (31/10/2022).
Baca Juga: Massa Digital: Pengaruh dan Kekuatan Riilnya di Era Media Sosial
Kemudian menurut Ruslina sebanyak 27 persen responden pernah menjadi korban ujaran kebencian, 13 persen menjadi korban diskriminasi, dan 43 persen pernah termakan hoax dan penipuan.
Dia berharap hal tersebut dalam berubah dengan cara meningkatkan kesadaran atas pentingnya etika di media digital. Ruslina mengatakan dunia digital tidak berbeda dengan dunia nyata, ada ragam kultur dan budaya yang harus dihormati.
Interaksi ragam budaya di dunia digital membutuhkan standar baru norma atau etika yang kerap disebut etika digital.
Sementara itu, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bina Darma Rahma Santhi Zinaida yang juga menjadi pembicara dalam webinar itu mengatakan masyarakat harus memiliki pikiran yang positif ketika memasuki dunia digital.
Artinya, tidak mudah menghakimi orang dengan memberikan komentar buruk atau menghina.
Baca Juga: Viral di Media Sosial, Satria Mulia Labrak Indra Tarigan, Netizen: Aku Suka Keributan Ini!
"Jadilah warganet yang kreatif. Bisa dengan membuat konten yang bermanfaat atau menghibur," kata dia.
Hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kemenkominfo diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya untuk menciptakan komunitas cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Berita Terkait
-
Platform Cashback & Referral, Benar Nggak Sih Bisa Beri Keuntungan buat Netizen?
-
Gandeng Banyak Seniman, Starship Siap Debutkan Girl Group KiiiKiii
-
Regulasi Pembatasan Media Sosial untuk Anak: Mengapa Mendesak?
-
Siapa Ratu Sedunia? Ngaku Pewaris Kerajaan Surya Loka Langit, Cairkan Warisan di 17 Negara hingga Berlian 57 Kg!
-
Google Sepakat Ikut Aturan Prabowo untuk Batasi Anak Main Medsos
Terpopuler
- Apa Sanksi Pakai Ijazah Palsu? Razman Arif dan Firdaus Oiwobo Diduga Tak Diakui Universitas Ibnu Chaldun
- Aset Disita gegara Harvey Moeis, Doa Sandra Dewi Terkabul? 'Tuhan Ambil Semua yang Kita Punya...'
- Ragnar Oratmangoen: Saya Mau Keluar dari...
- Ragnar Oratmangoen Tak Nyaman: Saya Mau Kembali ke Belanda
- Bagaimana Nih? Alex Pastoor Cabut Sebulan Sebelum Laga Timnas Indonesia vs Australia dan Bahrain
Pilihan
-
Rusuh Persija vs Persib: Puluhan Orang Jadi Korban, 15 Jakmania, 22 Bobotoh
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
Persija vs Persib Bandung, Ridwan Kamil Dukung Siapa?
-
Jordi Amat Bongkar Dugaan Kasus Pencurian Umur: Delapan Pemain..
Terkini
-
Kesatria Bengawan Solo Menang Dramatis, Efri Meldi: Berjuang Sampai Detik Akhir
-
Sejarah dan Makna Tradisi Nyekar Makam Sebelum Puasa Ramadan
-
Kali Pepe Land Bersama SSB Arseto: Cetak Generasi Pesepak Bola Profesional dari Solo
-
Sambut HUT ke-280 Kota Solo, Ini Rekomendasi Brand Lokal di Tokopedia dan ShopTokopedia
-
Soal Festival Kuliner Cap Go Meh, Kapolresta: Solo Kota Toleran