SuaraSurakarta.id - Pandemi COVID-19 di seluruh penjuru dunia sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Terbaru, warga China di berbagai daerah mulai cemas dihantui meningkatnya kasus positif COVID-19.
Mereka cemas karena penularan kasus COVID-19 melalui pencampuran tetesan di udara yang membentuk aerosol sehingga menyebabkan infeksi setelah terhirup yang dikenal juga dengan sebutan transmisi aerosol.
Potensi meluasnya COVID-19 sangat besar setelah seorang warga di Provinsi Shandong menggali kebun sayur berdekatan dengan seorang tanpa gejala, seperti laporan media China, Kamis. Padahal keduanya sama-sama mengenakan masker.
Berdasarkan survei epidemiologi dan analisis mahadata yang diunggah di WeChat resmi pemerintah Distrik Taierzhuang, Kota Zhaozhuang, Provinsi Shandong, warga tersebut tertular melalui transmisi aerosol.
Otoritas Taierzhuang menyatakan bahwa kasus tersebut terjadi pada Maret saat pihaknya mengingatkan warga agar mengenakan masker saat berada di luar ruang, demikian Jimu News.
Kasus positif COVID-19 melalui transmisi aerosol tersebut diyakini telah menyebabkan penambahan kasus harian secara massif di berbagai daerah di China.
Seorang yang terkonfirmasi positif di Kota Ningbo, Provinsi Zhejiang, kemungkinan besar menularkan virus kepada dua sopir di dalam garasi bawah tanah saat kaca jendela mobil terbuka dan tak satu pun dari mereka mengenakan masker.
Pusat pencegahan dan pengendalian penyakit menular di Ningbo mengingatkan masyarakat agar mewaspadai kemungkinan COVID-19 melalui transmisi aerosol.
Spekulasi penularan melalui partikel udara tersebut juga muncul saat seorang perempuan lansia di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, terkontaminasi virus setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit terdekat dan dikunjungi oleh seseorang yang positif COVID-19.
Baca Juga: Delapan Daerah di Kaltim Sudah Zona Kuning, 2 Wilayah Zona Oranye
Transmisi aerosol dapat terjadi di ruang kecil atau terbatas seperti lift dan gedung bioskop. Beberapa patogen dapat bergerak jauh melalui partikel halus di udara dan virus dapat bertahan lama setelah mereka membentuk aerosol.
Para ahli menyarankan bahwa ventilasi dan desinfeksi yang baik dapat mengurangi konsentrasi aerosol dan pemakaian masker bedah dapat memberikan pencegahan yang efektif.
Komisi Kesehatan Nasional China, Kamis, melaporkan bahwa pada Rabu (13/4) terdapat 3.020 kasus baru, sebanyak 2.999 di antaranya merupakan kasus lokal. Selain itu juga terdapat 26.391 kasus baru tanpa gejala.
Penambahan kasus tersebut merupakan rekor di China. Sebanyak 266.230 kasus tanpa gejala sampai saat ini masih menjalani observasi medis.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Serum Vitamin C yang Bisa Hilangkan Flek Hitam, Cocok untuk Usia 40 Tahun
- Sunscreen untuk Usia 50-an Sebaiknya SPF Berapa? Cek 5 Rekomendasi yang Layak Dicoba
- 5 Mobil Diesel Bekas Mulai 50 Jutaan Selain Isuzu Panther, Keren dan Tangguh!
- Harta Kekayaan Abdul Wahid, Gubernur Riau yang Ikut Ditangkap KPK
- 5 Mobil Eropa Bekas Mulai 50 Jutaan, Warisan Mewah dan Berkelas
Pilihan
-
Jusuf Kalla Peringatkan Lippo: Jangan Main-Main di Makassar!
-
Korban PHK Masih Sumbang Ratusan Ribu Pengangguran! Industri Pengolahan Paling Parah
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
Terkini
-
Putra Mahkota Keraton Solo KGPAA Hamangkunegera Deklarasikan Jadi PB XIV
-
Momen Haru Ribuan Warga Solo Iringi dan Melepas Jenazah PB XIII
-
Jenazah PB XIII Diberangkatkan, Ini Momen Keluarga Gelar Tradisi Brobosan
-
KGPAA Tedjowulan Jadi Raja Sementara Keraton Solo hingga Penerus PB XIII Dinobatkan
-
Kapolri Gelar Pertemuan Tertutup dengan Keluarga Keraton Solo, Bahas Pengamanan Prosesi Pemakaman?