SuaraSurakarta.id - Orang tua yang panik, melihat bayi menangis biasanya segera memberikan ASI atau susu. Namun, rupanya yang dilakukan tersebut tidak benar.
Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Prof. Dr. dr. Damayanti, R. Sjarif, Sp.A(K) mengatakan, bayi yang menangis sebaiknya tak langsung diberi ASI.
"Anak yang nangis tidak boleh langsung disusuin. Kita mesti tenangkan dulu. (Kalau dia masih nangis diberi ASI) bisa keselek ya. Sesudah itu baru kita lihat ada tandanya dia lapar baru kita kasih (ASI)," kata Damayanti dikutip dari ANTARA Rabu (6/4/2022).
Prof. Damayanti yang menjabat sebagai Ketua Satgas Stunting dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan, ibu harus benar-benar memperhatikan kapan anak mereka lapar dan membutuhkan ASI. Nantinya, setiap anak mempunyai jadwal tersendiri untuk diberikan ASI.
"Nanti anak punya jadwal tersendiri nah ibunya harus memperhatikan. Jangan nunggu anak sampai teriak-teriak kelaparan. Jadi, setiap anak punya jadwal sendiri-sendiri," kata dia.
Selama pemberian ASI, ibu juga perlu memperhatikan ada tidaknya kondisi weight faltering yakni kenaikan berat badan anak yang tidak cukup atau dibawah rata-rata dari kenaikan berat badan minimal setiap bulannya.
Jika ditemukannya kondisi ini, maka ibu perlu segera memperbaiki cara menyusuinya sembari berkonsultasi ke dokter. Nantinya, dilakukan evaluasi 1-2 minggu. Bila tidak membaik maka anak harus dirujuk mengingat adanya kemungkinan dia mengalami penyakit tertentu termasuk infeksi.
"Kalau weight faltering dibiarkan saja nanti jadi stunting," kata Prof. Damayanti.
Berbicara asupan gizi khususnya pada anak di bawah usia 2 tahun yang umumnya masih mendapatkan ASI, maka protein hewani misalnya dari sumber telur, ikan dan ayam kemudian lemak dan karbohidrat menjadi penting.
Baca Juga: Penyebab Anak Tiba-tiba Rewel dan Tips Bagi Orangtua untuk Mengatasi Masalah Tersebut
"Komposisi ASI dan komposisi otak persis, 60 persen lemaknya. Jadi jangan kasih makanan yang tidak ada lemaknya. ASI dikasih lemak 60 persen. Yang namanya makanan untuk bayi sampai tumbuh 80 persen otaknya di 2 tahun adalah komposisi ASI. Jadi harus ada lemak 60 persen, protein sekitar 10-15 persen dan karbohidrat," jelas Prof. Damayanti.
Lebih lanjut, sayur dan buah tidak ikut membentuk otak, tetapi tetap harus dikenalkan setelah anak berusia 2 tahun. Sementara asupan lemaknya diturunkan jumlahnya.
"Jadi sesudah (usia 2 tahun) itu, maka turun(kan) lemaknya, dikasihlah sayur dan buah. Tetapi bukan ujug-ujug 3 tahun dikasih sayur buah terus dia mau, kan harus dikenalkan. Porsinya juga kecil-kecil, bukan porsi orang dewasa yang dikecilkan," demikian pesan Prof. Damayanti.
Berita Terkait
Terpopuler
- Berapa Tarif Hotman Paris yang Jadi Pengacara Nadiem Makarim?
- Upgrade Karyamu! Trik Cepat Bikin Plat Nama 3D Realistis di Foto Miniatur AI
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Pelatih Irak Soroti Kerugian Timnas Indonesia Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026
- 6 Cara Buat Foto Miniatur Motor dan Mobil Ala BANDAI dengan AI yang Viral di Medsos!
Pilihan
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
Isu PHK Massal Gudang Garam: Laba Perusahaan Anjlok Parah, Jumlah Karyawan Menyusut?
-
8 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Terbaik September 2025, Baterai Awet Kamera Bening
-
Harga Emas Naik Terus! Emas Antam, Galeri24 dan UBS Kompak di Atas 2 Juta!
-
Tutorial Dapat Phoenix dari Enchanted Chest di Grow a Garden Roblox
Terkini
-
Wali Kota Cabut Status Siaga Darurat Kota Solo, Kondisi Kota Pulih dan Aktivitas Warga Normal
-
Polres Sukoharjo Amankan Dua Pemuda Pengguna Tembakau Gorila, Begini Kronologinya
-
Kasus Sopir Bank Bawa Kabur Uang Rp 10 Miliar, Polisi Temukan Keberadaan Mobil
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Meneladani Nabi, Ribuan Driver Gojek Doakan Persatuan Indonesia