SuaraSurakarta.id - Peradaban manusia pernah terancam oleh kelaparan, perang, dan infeksi yang berhasil diatasi pada abad ke-20, namun saat ini ancaman yang mengintai manusia adalah obesitas akibat kelebihan makanan, kata dokter spesialis bedah saraf Ryu Hasan.
"Sekarang ancaman kita justru kelebihan makanan. Orang gembrot, obesitas adalah masalah peradaban ke depan," kata Ryu, yang juga anggota Ikatan Dokter Indonesia, dalam acara Jakarta Geopolitical Forum V/2021 yang diselenggarakan Lembaga Ketahanan Nasional diwartakan ANTARA, Kamis (21/10/2021).
Ryu menjelaskan, infeksi sekitar satu abad lalu pernah memusnahkan 120 juta manusia. Tapi ketika pandemi COVID-19 menyebar ke seluruh bumi, sebanyak empat juta orang meninggal dunia.
Perang yang pernah terjadi pada peradaban manusia membunuh puluhan juta jiwa. Timur Tengah yang masih berlangsung perang sampai saat ini menelan korban ribuan jiwa. Sementara kelaparan pernah membuat negara seperti Ethiopia kehilangan jumlah penduduk.
"Sekarang tidak ada lagi kelaparan yang mengurangi jumlah populasi dunia," kata dia.
Dia berpendapat, obesitas merupakan persoalan global dan menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia sejak 2000.
Dari sekian negara yang menyadari bahaya obesitas, hanya Jepang negara yang paling serius menangani obesitas.
"Jepang punya undang-undang anti gembrot sejak 2008," kata Ryu. Mereka menerapkan batas ukuran lingkar pinggang pada laki-laki 84,3 cm dan perempuan 81.3 untuk menentukan seseorang terkena aturan obesitas atau tidak.
Ketika awal diterapkan, orang Jepang belum terlalu menyadarinya. Penyakit akibat obesitas masih banyak menimpa masyarakat. Namun, angka obesitas menurun ketika pemerintah menerapkan denda terhadap perusahaan punya karyawan obesitas.
Baca Juga: Hubungan Antara Obesitas dengan Kematian Covid-19 di Seluruh Dunia Makin Jelas
"Setelah diberlakukan denda dalam dua tahun sejak diundangkan, menurunkan angka kesakitan dan biaya kesehatan yang dikeluarkan," katanya.
Orang obesitas biasanya mudah terserang penyakit seperti diabetes hingga jantung. Ada paradoks bila melihat perilaku manusia mengenai obesitas. Manusia punya gen tidak bisa berhenti makan yang menolong manusia saat mempertahankan hidup.
"Orang yang tidak punya gen tidak bisa berhenti makan, punya peluang hidup lebih tinggi," katanya. Pada akhirnya manusia yang bertahan ialah manusia yang tidak punya gen tidak bisa berhenti makan.
"Ini memberikan keuntungan pada saat sumber daya terbatas," kata Ryu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Disebut Non Halal, Pemilik Bakso Remaja Solo Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Beredar Kabar Bakso Remaja di Solo Diduga Gunakan Bahan Non Halal
-
Persis Solo Tumbang Lawan Persebaya, Peter De Roo Ngeluh Soal Ini
-
Soal Penerus PB XIII, Ini Komentar Keluarga Keraton Solo
-
Dibuka untuk Umum, Ini Momen Ratusan Siswa Melayat PB XIII di Keraton Solo