SuaraSurakarta.id - Dalam beberapa hari terakhir, tersiar kabar tentang suara azan di Jakarta, menjadi sorotan media internasional, Agence France-Presse (AFP).
Tak tanggung-tanggung, dalam laporan bertajuk Ketakwaan atau gangguan kebisingan? Indonesia mengatasi reaksi volume azan yang diterbitkan Kamis (14/10/2021) itu mengatakan mengkomplain volume azan di Indonesia akan berbuntut panjang.
Diwartakan Solopos.com--jaringan Suara.com, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla (JK), mengatakan sebagian besar speaker masjid di Indonesia mengeluarkan suara yang buruk.
Menurutnya suara dari masjid itu bisa didengar, tetapi tidak bisa dimengerti.
Hal tersebut disampaikan Jusuf Kalla dalam Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad yang disiarkan di Youtube Masjid Istiqlal TV, Selasa (19/10/2021).
Dia memaparkan berbagai peran masjid pada zaman Rasulullah SAW dan menceritakan kunjungannya saat ke Semarang, Jawa Tengah, dan Bandung, Jawa Barat. Dia menilai ada masalah pada sound system masjid.
Jusuf Kalla mengatakan bahwa sebagian besar speaker masjid itu mengeluarkan suara yang jelek karena tidak bisa dimengerti apa yang disiarkan, malah justru membuat telinga bising.
“Saya baru kemarin dari masjid agung di Semarang, kemudian masjid raya di Bandung, dalam waktu 3 hari untuk melihat apa yang dilakukan atau apa yang terjadi di masjid-masjid besar itu. Ada hal yang paling bersamaan ialah kalau orang bicara ada khotibnya bisa mendengar, cuma tidak mengerti, sistem yang semuanya keliru, didengar membisingkan telinga, dua-duanya,” ujar JK.
Mantan Wakil Presiden (Wapres) RI itu mengatakan bahwa selama ini DMI sudah melaksanakan program perbaikan speaker masjid. Namun sampai sat ini menurutnya sekitar 75 persen masjid di Indonesia mengeluarkan suara jelek.
Baca Juga: Jusuf Kalla: PMI Netral Pada Pilpres dan Pemilu 2024
“Padahal kita dewan masjid sejak 10 tahun sudah mempunyai program untuk perbaikan sound system masjid. 75% masjid di Indonesia jelek suaranya, didengar tidak mengerti, sedangkan waktu kita di masjid itu 80% mendengar, 20% ibadah atau salat,” paparnya.
Menanggapi pernyataan JK, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), M. Ziyad, meminta evaluasi kepada pengurus masjid. Dia mengatakan pernyataan yang disampaikan Jusuf Kalla merupakan pengingat agar pengurus masjid lebih memperhatikan sound system.
“Terkait dengan kritik yang disampaikan oleh Pak ketum DMI Pak Jusuf Kalla sebenarnya sudah lama disampaikan, ini juga menjadi bahan evaluasi untuk kita para pengurus masjid agar memperhatikan speaker masjid, jangan sampai informasi penyampaian, pengajian ceramah atau khotib itu karena sound system-nya tidak baik sehingga tidak bisa didengar secara baik oleh jemaah atau warga sekitar masjid,” kata Wasekjen MUI, M Ziyad.
Berita Terkait
Terpopuler
- KPK: Perusahaan Biro Travel Jual 20.000 Kuota Haji Tambahan, Duit Mengalir Sampai...
- Selamat Datang Elkan Baggott Gantikan Mees Hilgers Bela Timnas Indonesia, Peluangnya Sangat Besar
- Jangan Ketinggalan Tren! Begini Cara Cepat Ubah Foto Jadi Miniatur AI yang Lagi Viral
- Hari Pelanggan Nasional 2025: Nikmati Promo Spesial BRI, Diskon Sampai 25%
- Maki-Maki Prabowo dan Ingin Anies Baswedan Jadi Presiden, Ibu Jilbab Pink Viral Disebut Korban AI
Pilihan
-
Media Lokal: AS Trencin Dapat Berlian, Marselino Ferdinan Bikin Eksposur Liga Slovakia Meledak
-
Rieke Diah Pitaloka Bela Uya Kuya dan Eko Patrio: 'Konyol Sih, tapi Mereka Tulus!'
-
Dari Anak Ajaib Jadi Pesakitan: Ironi Perjalanan Karier Nadiem Makarim Sebelum Terjerat Korupsi
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Paspor Sehari Jadi: Jurus Sat-set untuk yang Kepepet, tapi Siap-siap Dompet Kaget!
Terkini
-
Nonaktif Hanya Akal-akalan, Tokoh Pergerakan Solo Desak Ahmad Sahroni hingga Eko Patrio Dipecat
-
Meneladani Nabi, Ribuan Driver Gojek Doakan Persatuan Indonesia
-
Andika Perkasa dan RX Rudy Masuk Usulan Calon Ketua DPD PDIP Jateng
-
Politisi PAN Klaim Tak Tahu Ada Tunjangan: Itu Porsi dari Pemerintah Pusat
-
Politisi PAN Klaim Tak Tahu Ada Tunjangan: Itu Porsi dari Pemerintah Pusat